Hola!!
:D
Haha,
engga nyangka waktu mau cari data di folder lama malah ketemu tulisan yang uda
lama banget.. Engga jelas pula, paragraf masi begitu, ma belum ada judulnya ckckc .__.”
-……………………………………………………………………………-
Aku
tersenyum pahit melihatnya, aku bahagia namun aku juga menangis. Memang kadang
ikhlas akan menjadi hal tersulit di dunia, namun juga dapat menjadi hal
termudah. Aku adalah sebuah makhluk yang tinggal dalam perasaan seseorang, kadang aku kuat dan kadang
aku rapuh. Ini adalah ceritaku dalam sebuah tubuh yang dinamakan manusia.
Aku
berada dalam sebuah tubuh yang sering dipanggil Rana, sudah 16 tahun aku disini
menetap dalam tubuhnya. 16 tahun aku mengenalnya, 16 tahun pula aku
memahaminya. Aku memang tidak mungkin bisa berpindah ke lain tubuh, namun aku
yakin kalau wadahku berbeda. Ia pemalu, nakal dan tidak berani. Sejak kecil ia
selalu merasa bahwa dirinya bisa melakukan hal-hal hebat seperti di film
kartun. Aku tersenyum dan tertawa kalau melihatnya membayangkan hal-hal aneh
dan mencoba mempraktekkannya. Pernah suatu hari ia merasa memiliki kemampuan
penciuman seperti anjing setelah ia kehilangan benda kesanyangannya, tahukah
apa yang ia lakukan. Ia mulai merangkak seperti anjing dan mengendus-endus
lantai, sambil megendus-endus kadang ia berkata “hmm, bau-baunya kesana nih”.
Hahaha, memang lucu rasanya melihat sikapnya yang polos itu. Pernah juga,
setelah iya dimarahi oleh ibunya, ia berniat untuk lari dari rumahnya
menggunakan sepedanya yang berwarna pink sambil membawa uang tabungan sebesar
Rp 20.000 dan tas yang berisi baju-baju dan makanan. Pelariannya berakhir di
depan pintu gerbang rumahnya. Ia tidak jadi lari, setelah ia merasa takut tidak
bisa bertemu dengan orang tuanya lagi. Sesudah kejadian itu ia langsung
menangis dan memeluk ibunya.
Semakin lama, Rana beranjak dewasa.
Sebuah kebahagiaan dapat melihatnya tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu
tentu saja didampingi oleh sebuah emosi, semakin ia beranjak dewasa semakin
pula ia mengenal hidup yang sesungguhnya. Masa smp nya ia lalui dengan perasaan
penuh kebimbangan. Aku tahu sekarang ia sedang mencari jati dirinya, mau jadi
apa ia kelak, apa tujuan hidupya, dan apa motivasinya di dunia ini. Ia jadi
sering menghayal, membayangkan sesuatu yang bakal terjadi di kemudian harinya,
kadang ia suka berbicara sendiri membahas khayalannya. Namun hal ini rupanya
tidak terlalu dianggap positif, terutama oleh teman-temannya. Ejek-mengejek
memang hal biasa dalam pergaulan, namun karena hatinya kecil, ejekan yang ia
terima tak pernah ia bebaskan. Semua perkataan yang ia rasa buruk baginya terus
tertinggal di hatinya, meninggalkan sebuah lubang yang tak pernah bisa
terobati. Aku sedih, bagaimana ia bisa hidup esoknya bila sebuah ejekan kecil
saja dapat merusak suasana hatinya. Apa ia bisa bertahan? Ia terus dan terus
saja mengeluh akan banyak hal, ketidak mampuannya, fisiknya, dan bahkan ia
melampiaskan kemarahannya pada saudara dan orang tuanya. Namun kekhawatiranku
berangsur menghilang. Setelah ia melampiaskan kemarahannya pada saudara dan
orang tuanya, aku tahu hatinya lebih terluka, ia merasa sangat bersalah telah
mengeluarkan kata-kata kejamnya dan menggunakan tangannya untuk hal yang tidak
baik. Ia bisa berubah, dan aku yakin.
Sekarang ia sudah SMA, pribadinya
sudah lebih matang dan ia sudah bisa mengontrol emosinya sedikit demi sedikit.
Dari yang semula ia sangat tertutup, kini ia sudah agak terbuka, kawannya pun
sudah lebih banyak. Hatinya sudah berubah menjadi lebih kuat, kini ia tidak
peduli mau dianggap apa dirinya oleh orang lain. Ia yakin dan terus berpegang
pada pendirian bahwasanya selama perbuatannya tidak merusak dan mengganggu
orang lain, ia tidak akan peduli apa kata orang tersebut. Aku senang ia sudah
banyak berubah. Kekhawatiranku datang kembali ketika ia mulai mempertanyakan
apa yang dinamakan cinta. Ia sering mendengar teman-temannya membicarakan
ketertarikan terhadap lawan jenis, ada juga teman yang bercerita padanya dan
sambil menanyakan pendapatnya mengenai hal tersebut. Ketika ia mendengar dan
ditanya, hanya kekosongan yang tampak di wajahnya. Matanya mungkin menanggapi,
namun hatinya tidak. Hanya sebuah penglihatan yang tak bermakna, ia hanya tahu
bahwa cinta merupakan ekspresi yang dilakukan antar lawan jenis, seperti nonton
bareng berdua,pacaran. Hatinya tak pernah ia buka untuk siapapun. Huft, mungkin
kekhawatiranku terlalu berlebih, mungkin ini memang belum saatnya untuk
merasakan cinta. Biarlah nantinya waktu dan seluruh pengalaman yang akan
menjadi gurunya.
Semua
khayalan yang semula dianggap remeh oleh semua temannya kini terbantahkan,
semua ejekkan yang dahulu ia dapat kini terbayar. Ia membebaskan semua
khayalannya dan membiarkannya untuk pergi kemana pun. Hari itu tepatnya tanggal
12 Februari 2004, senyum mengembang di wajahnya, walau biasanya ia selalu diam
hari ini ia tidak bisa menutup kebahagiannya. Ia melompat kesana kemari
berteriak tidak jelas sambil tersenyum. Aku senang dan bangga melihatnya memenangkan
sebuah lomba untuk menulis cerpen di majalah remaja. Ia menulis cerita pendek
yang berjudul “Tangan Semut” dalam cerita ini ia mengkisahkan seorang anak
lelaki yang berusia 8 tahun yang selalu menganggap bahwa dirinyalah yang
terbodoh, ia merasa tidak memiliki talenta apapun. Namun suatu kejadian
mengubahnya, ketika sang anak hendak menyerah pada keadaan, malamnya ia
bermimpi tentang sebuah dunia dimana ia terlihat. Keesokan harinya ketika ia sedang
menonton televisi ia melihat sebuah acara yang mengkisahkan tentang kehidupan
semut. Semut dapat mengangkat beban yang 30 kali lipat lebih berat dari
tubuhnya, ketika jatuh dari ketinggian ia tidak mati, dan lain sebagainya. Dari
situlah sang anak tadi termotivasi, ia ingin menjadi seperti seekor semut.
Kehidupan
memang rumit, penuh dengan pilihan, kadang menyenangkan dan kadang menyusahkan.
Namun dari situlah kita akan dapat mengenal semua hal, dan belajar banyak cara
untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dan perbedaan yang ada.
#Karangan sepenuhnya imajinasi dan bukan menceritakan kisah siapapun...
sweet picture :)
BalasHapus